Friday, October 8, 2010

Jaya di Dunia, Sempurna di Akhirat


Hidup ini bagaikan permainan, kadang kalah kita merasa senang, dengan apa yang kita miliki, baik itu berupa Harta, Jabatan, dan Kedudukan. Namun semua itu hanyalah titipan Allah SWT semata, dan juga kebanyakan Orang-orang lupa, ia akan kembali pada Allah dengan apa yang dia miliki.
Sebagaimana diketahui harta, jabatan, dan kedudukan itu hanyalah titipan Allah. Harta dan Jabatan itu tidak menjamin kita untuk hidup bahagia di Dunia dan Akhirat. Yang menjamin kita hidup Bahagia Dunia dan Akhirat hanyalah "Iman dan Taqwa", kita kepada Allah SWT. Dan Allah juga menjanjikan kepada orang-orang yang Beriman, untuk masuk Surganya Allah. Sebagai mana firman Allah, yang berbunyi : Wabas siril lazii na amanu wa ahmilu solihati an'na lahum taj ri min tah tihal anhar.
Artinya : Dan sampai kanlah berita gembira kepada Orang-orang yang beriman dan berbuat baik, sesungguhnya telah kami sediakan Surga-surga baginya yang terdapat Sungai-sungai mengalir di dalamnya.
Walaupun hidup kita apa adanya dalam arti kata Hidup Sederhana, namun kalau kita "Beriman dan Bertaqwa", kepada Allah Insya Allah hidup kita akan Bahagia baik di Dunia maupun di Akhirat. Oleh karena itu marilah kita, tingkatkan Iman kita dan Ketaqwaan kita ke pada Allah SWT.
Hidup di Dunia ini hanyalah sementara, hidup yang kekal, abadi, dan selama-lamanya hanyalah di Akhirat. Oleh karena itu, bekalilah hidup kita dengan "Iman dan Taqwa", karena Iman dan Taqwa lah yang akan membawa kita, hidup di dalam puing-puing ke Bahagiaan.
Harus kita ketahui setelah kita meninggal, hanyalah Iman dan Taqwa lah yang akan menolong kita di alam Kubur. Karena Iman dan Taqwa lah yang akan membantu kita, Harta, Jabatan , dan Kedudukan, itu semua tidak akan bisa membantu kita, yang bisa membantu kita hanyalah "Iman dan Taqwa", kita kepada Allah SWT.
Iman itu tak seperti harta, dan juga jabatan, yang dapat dicari dan di warisi. Walaupun kamu anak Seorang Kia'i Iman tetap tidak bisa di Warisi, begitu juga dengan Orang yang Kaya, dia tidak bisa Membeli Iman. Kalimat Iman itu, cuma empat huruf, kalau kita suruh Orang sebutkan Iman semua Orang pasti bisa, baik itu yang beragama Islam Maupun Non Islam. Namun tidak semua Orang Beriman dan bertaqwa ke pada Allah SWT. Itu yang beragama islam sendiri apalagi yang Non Islam.
Oleh karena itu, marilah kita tingkatkan Iman kita, baik itu pada diri kita sendiri, keluarga kita, tetangga kita, dan juga teman-teman kita. Insya Allah kalau kita semua beriman dan bertaqwa, kita semua akan masuk Syurganya Allah AWT, "Amin Ya Rob'bal Alamin".

Habitat Subur Para Teroris

MATI satu tumbuh seribu. Ini ungkapan yang pas untuk menggambarkan kesuburan Indonesia sebagai ladang terorisme. Kaum yang berideologi kekerasan itu bertumbuh dan menyebar dalam derajat yang mencengangkan.Sudah puluhah bahkan ratusan teroris yang ditangkap dan terbunuh. Tetapi muncul puluhan bahkan ratusan teroris baru dengan keahlian yang menakjubkan dan keberanian yang menakutkan. Mereka membangun sel-sel yang berserakan di Indonesia, terutama di pulau Jawa dan Sumatera.
Mereka bermetamorfosa dari teror bom menjadi teror bersenjata. Karena bom tidak bisa menyeleksi korban, maka perjuangan melalui kelompok bersenjata korban bisa ditentukan secara lebih akurat.Bom ternyata telah menimbulkan antipati di mata publik. Para teroris rupanya paham bahwa sentimen publik adalah komponen penting bagi habitat yang menyuburkan eksistensi terorisme.Polisi baru saja menangkap belasan tersangka teroris di Medan. Penangkapan itu menyusul penangkapan yang juga masal di Aceh karena terbongkar kegiatan mereka menjadikan Aceh sebagai markas baru terorisme dengan Dulmatin-yang ditembak mati-sebagai otaknya.
Tetapi publik dikejutkan oleh penyerangan terhadap pos polisi di Hamparan Perak, Deli Sedang, Sumatera Utara, Rabu malam oleh sekitar 15 orang bersenjata yang terlatih. Serangan yang menewaskan tiga anggota polisi itu terjadi hanya tiga hari setelah polisi menangkap belasan teroris di kawasan itu. Serangan itu dilakukan teroris yang sakit hati karena polisi telah menangkap dan menembak mati kawanan teroris.Pertanyaan paling penting adalah, mengapa teroris beranak pinak dalam derajat yang mencengangkan di Indonesia. Jawabnya, karena Indonesia telah menjadi habitat yang menyuburkan ideologi perjuangan mereka.Banyak faktor bisa disebut tentang kesuburan habitat ini. Pertama adalah sistem hukum yang lembek bahkan cenderung jelak. Seorang Abu Tholut yang kini dicap sebagai teroris berbahaya adalah orang yang pernah dihukum penjara 8,5 tahun karena kasus terorisme. Tetapi dia hanya menjalani hukuman 4,5 tahun lalu bebas karena memperoleh remisi. Sistem hukum kita tidak membedakan lagi hukuman untuk seorang maling ayam dengan seorang teroris dan koruptor.Kedua, pengawasan terhadap senjata dan bahan peledak yang amat jelek. Kelompok sipil bisa dengan mudah menguasai senjata serbu seperti AK-47 dan M-16 yang sesungguhnya hanya dimiliki tentara dan polisi.Ketiga, intelijen yang buruk. Padahal kita tahu polisi, tentara, kejaksaan, memiliki badan-badan intelijen. Apa yang salah dengan intelijen?
Keempat, negara membiarkan organisasi-organisasi radikal tumbuh subur. Bahkan orang-orang yang memiliki pikiran bahwa negara ini kafir dan karena itu harus diperangi dibiarkan berorganisasi dan secara terang-terangan mengkampanyekan di depan publik tentang ideologi yang berbeda.Penyerangan kelompok bersenjata yang menewaskan tiga polisi di Hamparan Perak, Deli Serdang, adalah alarm yang sangat keras bahwa negara ini dalam bahaya serius. Mungkin harus dipikirkan penerapan undang-undang semacam ISA--Internal Security Act--seperti di Malaysia dan Singapura.

Doa

Membina kedekatan hubungan dengan Sang Khalik (Pencipta), Yang Maha Mengatur dan menentukan segalanya, akan membuat kita lebih berbesar hati ketika problem datang kepada diri kita. Sesuai dengan Sabda Nabi SAW, "Addua'u Shillatul Mukminin" do'a merupakan perisai bagi orang-orang beriman.
Jadi permasalahan apapun yang terjadi dalam kehidupan kita, bukankah sudah merupakan "Skenario" dari-Nya yang memeng sengaja diturunkan kepada kita, tentunya sesuai dengan kemampuan beban sang sanggup dipikul. DOA sebagai media komunikasi dengan-Nya dapat menjadi "Suplemen" paling ampuh yang mampu menyembuhkan dan menguatkan bathin. Dengan selalu mengingat Allah, akan memberikan energi positif dari-Nya, sehingga jiwa kita tetap bersih dan kuat.
Namun, bukan berarti dibalik segala permasalahan yang ada, dengan DOA, segala permasalahan akan terselesaikan seperti "Sim Salabim" begitu saja lalu semuanya akan beres!!!!. Jelas tidak demikian adanya.
Melainkan membutuhkan segala kelebihan dan potensi yang kita miliki harus di upayakan semaksimal mungkin terlebih dahulu, disamping koreksi disana sina perlu dilakukan, karena bisa jadi permasalahan yang muncul diakibatkan kelalaian diri kita pribadi.
DOA-lah yang menguatkan bathin dan spirit ketika kita dihadapkan pada keadaan untuk mengerahkan segala kemampuan fisik dan fikiran, untuk menyelesaikan semua masalah yang ada.
DOA, bukanlah ibarat obat manjur yang cukup sekali di konsumsi dapat menyembuhkan penyakit!. Namun, yakinkan diri bahwa DOA merupakan "Suplemen" bathin yang harus dikonsumsi setiap hari. Dan ada penyakit ataupun tidak, maka "Suplemen" ini bersifat wajib untuk di konsumsi.