Saturday, November 1, 2008

Penyelesaian Masalah Bangsa Ini Tidak Cukup 100 Hari

MAYORITAS para bakal calon pemimpin negeri ini kedepan, ketika dirinya sudah menyatakan bakal mencalonkan diri. Mulai membuat janji-janji pada rakyatnya untuk menarik perhatian, saking ambisiusnya mereka sanggup menjual limit waktu dengan janji rela diturunkan atau mengundurkan diri bila sampai batas waktu itu programnya tidak tercapai, ironis memang.
Seharusnya, tidak perlu membuat janji yang ultimatum dead linenya seperti itu karena itu merupakan kebohongan publik. Sedangkan, dalam aturan di negara kita tidak ada istilah denikian itu, yang ada jika berhalangan tetap seperti, meninggal dunia atau sakit.
Beberapa hari lalu warta internet kabarindonesia, di Jakarta, memberitakan pernyataan capres partai Gerindra, Letjen (pur) Prabowo Subianto. Menurut Prabowo, dia tidak percaya terhadap lontaran program 100 hari para capres 2009. "Program 100 Hari hanya PR (public relations), hanya untuk menarik perhatian," ujarnya, Rabu kemarin di The Ary Suta Center, Jakarta.
Akibat sistim perekonomian yang keliru dan sangat pelik dihadapi bangsa indonesia selama ini menurut Prabowo, penyelesaian persoalannya membutuhkan waktu yang sangat lama dan tidak mungkin bisa diselesaikan dalam kurun waktu 100 hari. Sekarang kita contohkan pada pertambahan laju pertumbuhan penduduk indonesia, tambahnya menerangkan. "Bayangkan jika dalam setahun pertumbuhan penduduk mencapai 2 persen, setiap tahun akan ada 5 juta orang, setara dengan populasi Singapura. Kita harus menyediakan lapangan pekerjaan, perumahan, dan pangan untuk 5 juta mulut," tutur putra bengawan ekonomi Soemitro mantan Menkeu dulu itu, serius.
Belum lagi permasalahan lainnya, seperti perubahan iklim dan meningkatnya air laut. "Jadi, tidak banyak yang dapat diperbuat pada program 100 hari," jelas Prabowo menerangkan dengan lancar dan tegas. (Net-Raffi-Blokir)

No comments: